Search

Peserta Pemilu Diminta Tak Jadikan Etnisitas sebagai Alat ...

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) Choirul Anam mengingatkan seluruh peserta Pemilu 2019 untuk tak menggunakan ras dan etnisitas sebagai alat kepentingan elektoral.

Anam berkaca pada survei yang dilakukan oleh Komnas HAM dan Litbang Harian Kompas pada 25 September-3 Oktober 2018. Dalam survei itu, ada temuan bahwa kecenderungan masyarakat merasa nyaman dengan komunitasnya sendiri begitu tinggi.

Temuan itu, kata Anam, juga dapat dimaknai bahwa potensi segregasi sosial di Indonesia tinggi.

"Kami berpesan hati-hati. Jangan jadikan etnisitas dan ras sebagai alat kepentingan politik elektoral. Karena kalau itu digunakan terus-menerus, nanti angkanya semakin melebar dan semakin jauh," kata Anam di Gedung Komnas HAM, Jakarta, Jumat (16/11/2018).

Anam mencontohkan, responden yang merasa dimudahkan dengan komunitas berdasarkan keturunan keluarga sebesar 91,3 persen. Hanya 6,4 persen yang merasa dirugikan.

Pada kategori etnisitas, misalnya, responden yang merasa dimudahkan dengan komunitas etnisnya sebesar 87,9 persen. Sebaliknya, hanya 8,9 persen responden yang merasa dirugikan.

"Cerminannya adalah potensi segregasi sosial kita tinggi karena solidaritas internalnya kuat, orang lebih nyaman berkumpul dengan komunitasnya sendiri, jadi potret golongan ini sangat besar," kata dia.

Temuan itu, kata Anam, menjadi sebuah peringatan bagi semua pihak agar menahan diri dari tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.

Pasalnya, diskriminasi terhadap pihak lain, seperti menyinggung ras dan etnis, bisa mempertajam potensi konflik horizontal.

Sebab, setiap kelompok akan memperkuat soliditasnya ketika bersinggungan dengan pihak lain.

"Survei ini mengonfirmasi itu. Ini menjadi warning bagi kita jangan gunakan isu ras dan etnis dalam narasi publik apapun kecuali untuk kepentingan pendidikan. Mari kita tingkatkan solidaritas antar komunitas, jangan hanya internal komunitas saja. Itu message dari temuan ini," papar dia.

"Kalau masih digunakan yang terjadi angka-angka ini semakin melebar. Dan jargon Bhinneka Tunggal Ika kita, jargon bahwa kita harus berkomunitas kepada seluruhnya dan setara seluruhnya, enggak akan tercapai," lanjut Anam.

Survei ini menggunakan metode wawancara tatap muka terhadap 1207 responden di 34 provinsi Indonesia Adapun responden berusia 17-65 tahun mewakili beragam latar belakang sosial ekonomi.

Survei ini memiliki margin of error plus minus 2,8 persen. Artinya, persentase dalam survei bisa bertambah atau berkurang sebesar 2,8 persen.


Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Aje https://nasional.kompas.com/read/2018/11/17/08400361/peserta-pemilu-diminta-tak-jadikan-etnisitas-sebagai-alat-kepentingan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Peserta Pemilu Diminta Tak Jadikan Etnisitas sebagai Alat ..."

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.