Search

Pemilu 2019 dan Geliat Bisnis Atribut Kampanye

Jakarta, CNN Indonesia -- Suara bising kereta api yang melintas di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan sudah menjadi teman sehari-hari kesibukan konveksi milik Sakun Nurwanto (49). Hampir setiap hari, suara bising kereta api itu berpadu padan dengan bunyi mesin press sablon.

Seperti hari ini, Senin (19/11), ketika para pegawai Sakun tengah mengerjakan atribut Partai Berkarya seperti bendera. Mereka bekerja ditemani suara-suara kereta api yang melintas dari arah Stasiun Manggarai menuju Stasiun Jatinegara atau sebaliknya.

Sudah sejak pagi mereka mengerjakan atribut partai berwarna kuning tersebut. Konveksi yang berada di Jalan Sawo Kecik I RT 01 RW 07 Nomor 72 Bukit Duri ini pun tak sepi dari pengerjaan sesuai orderan yang diterima menjelang Pemilu 2019 ini.

Sakun membagi dua tempat pengerjaan di konveski miliknya. Pertama khusus untuk press sablon dan menjahit. Tempat kedua khusus untuk menyablon secara manual. Ia memusatkan pembuatan bendera memakai mesin press dibanding dengan teknik sablon manual.

Untuk pengerjaan bendera Partai Berkarya ini pun sudah dikerjakan sejak beberapa hari lalu. Mereka bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Ada yang mengerjakan desain, ada yang menjahit, ada pula ada yang bagian mencetak di mesin press. Sementara bendera yang sudah jadi per hari ini sudah sekitar 500 bendera. Bendera-bendera jadi itu kemudian dikemas dengan karung.

Konveksi milik Sakun memproduksi minimal satu kodi atribut partai, tergantung permintaan dari si pemesan. Misalnya untuk bendera, Sakun bisa memproduksi 10 ribu lembar.

"Tergantung juga dengan kemampuan mesin," ujar Sakun kepada CNNIndonesia.com.

Sakun telah memulai usaha konveksinya sejak 1998. Dimulai setelah Soeharto lengser. Usaha yang dirintis kecil-kecilan itu menjadi sebesar sekarang ini. para konsumen mengetahui usaha konveksi Sakun dari mulut ke mulut.

Di setiap gelaran pemilu sejak reformasi, mulai dari Pemilu 1999, 2004, 2009, dan 2014 dia selalu mendapat orderan pembuatan atribut partai. Mulai dari bendera, hingga kaos. Kadang dia mendapat orderan pembuatan topi, namun ia tak bisa memproduksinya dalam jumlah banyak.

Pun demikian pada Pemilu 2019 ini, setidaknya dia sudah meneken kontrak dengan dua partai peserta pemilu, yakni Berkarya dan Partai Amanat Nasional (PAN). Keduanya memesan kaos dan bendera partai.

Beda sekarang memang beda dengan yang dulu. Pun dari segi orderan yang masuk. Dulu dia bisa menerima pesanan banyak karena 32 partai memesan pembuatan atribut kepadanya. Saat itu ia tidak terikat kontrak dengan partai manapun.

Pemilu 2019 dan Geliat Bisnis Atribut KampanyeSalah satu pegawai Sakun Nurwanto tengah mengerjakan pembuatan bendera Partai berkarya. (CNN Indonesia/Dini Nur Asih).
Namun begitu, bukan berarti Pemilu 2019 ini dia tak memetik untung. Keuntungan yang dia dapat lumayan, meski tak menjelaskan secara rinci.

"Sekarang, saya kan ada kontrak dengan Bang Tommy (Panggilan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto) dari Partai Berkarya dan PAN," ucap Sakun.

Berkarya dan PAN sudah sepakat untuk pengerjaan kaos dan bendera sejak Lebaran 2017. Alhasil saat ini dia fokus penyelesaian atribut kedua partai. Meski begitu, dia tak menutup untuk orderan dari partai lain. Sejauh ini Partai Golkar dan PDIP juga sudah mengorder atribut kepada Sakun.

"Saya fokus kerjain untuk dua partai itu (Berkarya dan PAN). Jika ada pesanan dari partai lain, saya ambil satu atau dua partai. Kalau saya sanggupin semua, kerjaannya jadi semrawut," ucapnya.

Selain partai, Sakun menambahkan, pihaknya juga menerima orderan dari calon legislatif. Kebanyakan caleg DPRD DKI. Sejauh ini belum ada pesanan dari capres dan cawapres.

Harga Bahan Naik

Sakun lebih jauh menjelaskan, untuk tahun ini harga pesanan yang dia patok lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini lantaran harga bahan atribut mengalami kenaikan. Misalnya pabrik langganannya di Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat terpaksa menaikkan harga bahan mentah karena mendapat penalti dari warga sekitar akibat membuang limbah pabrik ke kali di dekat pemukiman.

"Jadi, saya naikin harga bahan untuk atribut partai yang saya buat kira-kira 30 persen. Maka dari itu, saya lagi cari-cari pabrik lain yang lebih murah bahannya," ujar Sakun.

Sakun menuturkan, untuk harga satuan baju yang khusus untuk dipakai massa partai, ia mematok harga Rp9 ribu sampai Rp10 ribu per potong. Sedangkan, baju yang dipakai tim sukses, ia mematok harga Rp35 ribu sampai Rp40 ribu per potong.

Ia tidak hanya membuat atribut berdasarkan tulisan dan logo partai, tetapi juga menerima permintaan membuat baju dengan gambar caleg.

Terkait keuntungan yang ia dapat, Sakun belum bisa memastikan dan tidak mau membeberkan secara detail omzet yang ia dapatkan. Namun per minggu dia bisa dapat kira-kira Rp20 juta, belum dipotong untuk gaji karyawan.

"Jadi, saya belum bisa memastikan keuntungan pasti nya berapa," kata Sakun.

Pemilu 2019 dan Geliat Bisnis Atribut KampanyePara pegawai konveksi milik Sakun Nurwanto tengah mengerjakan orderan untuk atribut Partai Berkarya. (CNN Indonesia/Dini Nur Asih).

Berkah Pedagang Atribut Kampanye

Selain Sakun, bisnis ini juga menjadi berkah pagi para pedagang di Pasar Proyek Senen, Jakarta Pusat. Sudah sejak lama kawasan ini terkenal menjadi salah satu pusat penjualan atribut kampanye.

CNNIndonesia.com pun mengunjungi Pasar Proyek Senen. Di sana terdapat belasan, bahkan puluhan kios yang khusus menjual atribut partai politik seperti kaus, kemeja, jas, jaket, topi, pin maupun sticker terpampang di kios-kios milik mereka.

Rachmawati (35) salah satu pedagang atribut partai di Proyek Senen Blok III Lantai Dasar. Dia sudah berjualan atribut partai sejak 2 tahun lalu. Memasuki masa Pemilu 2019 ini, dia kebanjiran pesanan sekitar 200 sampai 300 ribu atribut partai.

"Selain atribut baju, ada pin, bendera, dan topi," ujar Rachmawati.

Dengan jumlah orderan yang segitu banyak, sudah tentu dia meraup untung besar. Di musim kampanye Pemilu 2019 ini saja, keuntungan yang ia dapat naik hingga 50 persen.

Namun begitu ia mengalami kendala. Meski orderan banyak, namun dia kesulitan mendapatkan bahan-bahan pembuatan atribut seperti kain, yang kini susah dicari. Sebabnya satu, karena banyak pedagang serupa yang rebutan mendapatkan bahan. Alhasil, selain kekurangan stok bahan, harganya pun jadi ikut melontak.

"Jadi, semua harga pada naik tapi pembeli itu minta murah mulu," ujarnya.

Rachmawati sendiri memproduksi atribut partai sebanyak satu kodi atau dua kodi setiap minggunya (satu kodi sama dengan 20 potong), tergantung permintaan dari pembeli. Sementara untuk harga jual, ia mamatok Rp90.000 sampai Rp100.000 per satunya, tergantung bahan dan model.

Harga itu merupakan harga baru yang naik dari harga sebelum memasuki masa Pemilu 2019. Kenaikan harga tersebut salah satunya karena dipengaruhi oleh kurs dollar yang tembus Rp14.675.

"Harga kaus sebelum pemilu saya jual Rp40.000, sekarang naik Rp20.000 jadi Rp60.000," tutur Rachmawati.

Terkait partai mana saja yang paling banyak memesan atribut antara lain Partai Berkarya, Perindo, dan Partai Demokrat. Pesanan yang diterima pun kebanyakan dari calon Llgislatif.

"Kalau sekarang paling banyak yang pesan dari caleg. Kadang yang datang ke saya orang suruhan atau dari calegnya sendiri," ujar Rachmawati.

Pemilu 2019 dan Geliat Bisnis Atribut KampanyePedagang atribut kampanye partai politik di Pasar Senen kebajiran order jelang Pemilu 2019. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Penurunan Omzet

Berbeda dengan Rachmawati, pedagang lainnya, Ade (40) justru mengaku mengalami penurunan omset. Ade yang telah menjual atribut partai di Pasar Proyek Senen sejak tahun 2000 itu mengaku persoalan omset masih lebih baik tahun lalu ketimbang 2018 ini. Salah satu penyebabnya karena persaingan antarpedagang yang ketat di musim kampanye seperti ini.

"Lebih baik tahun kemarin. Mungkin karena udah banyak pesaingnya," ucapnya.

Ade menerima pesanan atribut partai minimal satu kodi atau 20 potong. Dia mengatakan di Pemilu 2019 kali ini, harga semua atribut partai yang dijual mengalami kenaikan. Lagi-lagi, kenaikan harga dipengaruhi oleh kurs dollar.

"Semua atribut di toko saya naik, karena pengaruh dari dollar juga. Kira-kira kenaikannya Rp15.000," ujar Ade.

Ade menuturkan ada empat partai yang sering memesan atribut di tokonya, yaitu PDIP, Golkar, Demokrat, dan Partai Berkarya.

Lain ceritanya dengan Andri (38), pedagang lain di Pasar Proyek Senen Blok V yang sudah berjualan sejak Januari 2017. Dia mengaku belum merasakan kenaikan atau penurunan omset dari pesanan atribut partai di musim pemilu ini.

"Mungkin (nanti) pas tahun baru. Setahu saya, dana setiap partai dibatasi. Jadi ya belum jor-joran," ujarnya.

Andri menjual harga per satu baju produksi miliknya berkisar Rp27.500 sampai Rp30.000. Selian baju, ada juga atribut partai lain. Dia menjual atribut-atribut partai minimal order satu kodi.

Meski begitu, Andri juga mengakui, harga atribut kali ini juga mengalami kenaikan. Salah satunya harga bendera.

"Pasti ada kenaikan terutama dari bendera, sebelum pemilu saya jual bendera Rp4.500, sekarang Rp5.000, kenaikannya sekitar Rp500 sampai Rp1.000," ujarnya.

Secara umum, orderan yang sering diminta pembeli, yakni tulisan dan lambang partai. Namun para pedangan juga kerap mendapat permintaan pencetakan wajah, khususnya caleg, di baju, kaus, pin maupun stiker. (dni/osc)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Aje https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181115162423-32-346853/pemilu-2019-dan-geliat-bisnis-atribut-kampanye

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemilu 2019 dan Geliat Bisnis Atribut Kampanye"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.