Kinshasa, Kongo, IDN Times – Badan Uni Afrika mengeluarkan permintaan mendadak pada Kamis malam (17/1) bagi pemerintah Kongo untuk menangguhkan pengumuman hasil akhir dari pemilihan presiden yang disengketakan dengan menyebut adanya ‘keraguan serius’.
1. Diduga adanya tindak kecurangan, Martin Fayulu meminta penghitungan ulang
Dilansir melalui apnews.com pengadilan konstitusional Kongo siap untuk memerintahkan penundaan, paling cepat Jumat, atas tantangan yang diajukan oleh pemenang runner-up pemilu yang telah diumumkan, Martin Fayulu. Ia telah meminta penghitungan ulang serta menuduh adanya penipuan, Fayulu menyakini bahwa hasil-hasil tersebut dapat memicu kekerasan di suatu negara (Kongo) yang mengharapkan pemindahan kekuasaan secara damai dan demokratis sejak kemerdekaannya pada 1960.
Fayulu menuduh pemerintahan Presiden Joseph Kabila yang akan lengser telah memalsukan hasil pemilihan untuk menyatakan pemimpin oposisi Felix Tshisekedi sebagai pemenang. Fayulu mengutip angka yang dihimpun oleh 40 ribu pengamat pemilu Gereja Katolik yang memiliki pengaruh bahwa ia mendapati dirinya telah memenangkan 61 persen suara.
Tetapi komisi pemilihan Kongo menyatakan bahwa Tshisekedi telah mendapatkan 38,5 persen suara, sedangkan Fayulu 34,7 persen dan 23,8 persen suara untuk Kandidat koalisi yang berkuasa, Emmanuel Shadary, seperti yang dikutip dari bbc.com
Fayulu, seorang anggota parlemen dan pengusaha yang blak-blakan tentang pemberantasan korupsi yang besar di Kongo, secara luas dipandang sebagai ancaman yang lebih besar bagi Kabila dan sekutunya atas kekayaan besar yang telah mereka kumpulkan, sedangkan Tshisekedi adalah putra pemimpin oposisi karismatik Etienne yang meninggal pada 2017, ia relatif belum teruji dan tidak banyak bicara sejak pemilihan 30 Desember lalu.
Kongo menghadapi situasi luar biasa dari sebuah pemilu yang diduga dicurangi demi kepentingan oposisi, namun tidak ada komentar langsung dari pemerintah tentang hal ini.
2. Ditemukan dua set data menunjukkan kemenangan Fayulu
Dua set data yang bocor menunjukkan bahwa Fayulu memenangkan pemilihan, berdasarkan sebuah penyelidikan yang diterbitkan minggu ini oleh Radio France International dan media lain yang bekerja dengan Kelompok Penelitian Kongo.
Dalam set data pertama, dikaitkan dengan komisi pemilihan Kongo dan mewakili 86 persen suara, Fayulu memenangkan 59,4 persen sementara Tshisekedi menerima 19 persen. Pada set data kedua dari misi Gereja Katolik, Fayulu mewakili 43 persen suara, sedangkan Tshisekedi dan kandidat partai yang berkuasa, Emmanuel Ramazani Shadary masing-masing menerima kurang dari 20 persen.
Baca Juga: Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkis
3. Gejolak yang terjadi di Kongo menimbulkan keprihatinan dari Uni Afrika
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editors’ picks
Uni Afrika menyatakan para kepala negara dan pemerintah sepakat untuk segera mengirim delegasi tingkat tinggi ke Kongo untuk menemukan jalan keluar dari krisis paska pemilu di negara Afrika Tengah yang luas dan kaya akan mineral tersebut, terlebih kunci mineral untuk pembuatan smartphone dan mobil listrik di seluruh dunia.
Pernyataan Uni Afrika tersebut dikeluarkan setelah menteri luar negeri Kongo dan wakil perdana menteri menjelaskan 'sejumlah kepala negara dan pemerintah' dari negara Barat menaruh perhatian terhadap krisis yang terjadi. Dikatakan beberapa kepala negara akan bergabung dengan ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat dalam misi mendesak ke Kongo.
"Ini benar-benar luar biasa," ujar Jason Stearns dalam tweet-nya. Stearns adalah seorang direktur Kelompok Penelitian Kongo di New York University.
"Biasanya, Uni Afrika menerima keputusan subregion... dalam hal ini mereka meninggalkan secara dramatis,” tambah Stearns.
Tekanan dari negara-negara Afrika dipandang lebih banyak memberikan dampak pada pemerintahan Kongo yang selama ini terganggu oleh tekanan Barat selama lebih dari dua tahun penundaan pemilihan yang bergejolak.
Pernyataan Uni Afrika mencerminkan kekhawatiran yang serius oleh negara-negara tentang ancaman kerusuhan yang lebih banyak lagi di Kongo yang dikhawatirkan dapat menyebar melintasi perbatasan dan mengganggu kestabilan banyak negara tetangga.
4. Uni Afrika dilema terhadap keadaan di Kongo
Tetapi negara-negara bimbang tentang bagaimana cara mengatasi krisis ini. Pernyataan Uni Afrika itu dikeluarkan beberapa jam setelah Komunitas Southern African Development Community (SADC) yang beranggotakan 16 negara membatalkan permintaan sebelumnya untuk penghitungan ulang pemilu. Sebagai gantinya mereka mendesak komunitas internasional untuk menghormati kedaulatan Kongo. Dalam pernyataannya Uni Afrika mengetahui bahwa para pemimpin SADC telah menghadiri pembicaraan lintas benua yang lebih luas.
Hal ini menunjukkan perlunya stabilitas di negara itu, di mana konflik selama dua dekade terakhir telah menewaskan jutaan orang.
5. Pemilu Kongo dan kekuasaan Kabila
Pemilu di Kongo dijadwalkan berlangsung pada akhir 2016, tetapi baru dilaksanakan akhir 2018 dan banyak warga Kongo khawatir bahwa Kabila, yang berkuasa sejak 2001 sedang mencari cara untuk tetap menjabat. Dilarang menjabat tiga periode berturut-turut, Kabila telah mengisyaratkan bahwa dia mungkin akan mencalonkan diri lagi pada tahun 2023.
Pengamat pemilu melaporkan banyak permasalahan dalam pemilu kemarin, termasuk larangan sekitar 1 juta pemilih di wilayah Timur pada menit-menit terakhir karena komisi pemilihan menyalahkan wabah Ebola yang mematikan. Menurut pengamat hal ini tentu saja merusak kredibilitas pemilu.
Semua hasil pemilu, bukan saja hasil pemilihan presiden, dipertanyakan secara luas setelah koalisi Kabila yang berkuasa memenangkan mayoritas suara legislatif dan pemilihan provinsi sementara itu kandidat presidennya berada di urutan ketiga.
Baca Juga: Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkis
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Baca Lagi Aje https://www.idntimes.com/news/world/dyah/uni-afrika-desak-kongo-untuk-tunda-pengumuman-hasil-akhir-pemilu-c1c2Bagikan Berita Ini
0 Response to "Uni Afrika Desak Kongo Untuk Tunda Pengumuman Hasil Akhir Pemilu - IDN Times"
Posting Komentar