Spanyol, Inggris, Prancis, Belanda dan Jerman memperingatkan Maduro bahwa mengakui Guaido sebagai presiden sementara kecuali Maduro mengadakan pemilu dalam waktu delapan hari.
"Mereka harus menarik ultimatum ini. Tidak ada yang bisa memberi kita ultimatum," kata Maduro kepada CNN Turk, dikutip dari AFP, Senin (28/1).
Maduro menyebut tindakan negara-negara Eropa tersebut sebagai sebuah kesalahan dan sebuah penghinaan.
"Venezuela tidak terikat dengan Eropa. Ini benar-benar penghinaan," ujarnya.
Dalam wawancara dengan CNN Turk, Maduro menuduh Amerika Serikat melakukan upaya kudeta terhadapnya melalui Guaido. Maduro menegaskan tindakan Guaido sendiri telah melanggar konstitusi.
"Semua yang terjadi terkait dengan Amerika. Mereka menyerang kami dan mereka pikir Venezuela adalah kebun belakang mereka," kata Maduro.
Meskipun Maduro menyatakan terbuka untuk berdialog, namun dia mengakui itu tidak mungkin terjadi dengan AS. "Saya mengirim banyak pesan ke Donald Trump," katanya.
Guaido, ketua Majelis Nasional yang dikendalikan oposisi telah menyatakan dirinya sebagai presiden pada rapat umum besar-besaran anti-pemerintah di Caracas, Rabu lalu. Pria 35 tahun itu menyatakan bahwa pemilu yang memenangkan kembali Maduro untuk masa jabatan enam tahun kedua adalah sebuah kecurangan.
Sementara AS Kanada, dan banyak negara Amerika Latin yang menolak mengakui Pemilu pada 2018 yang memenangkan Maduro langsung mendukung Guaido sebagai presiden sementara. Di sisi lain Maduro mendapat dukungan dari Rusia, Suriah, Turki dan Cina serta sekutu lama Kuba dan Bolivia. (afp/osc)
Baca Lagi Aje https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190128032342-134-364284/didesak-eropa-presiden-venezuela-tolak-gelar-pemiluBagikan Berita Ini
0 Response to "Didesak Eropa, Presiden Venezuela Tolak Gelar Pemilu - CNN Indonesia"
Posting Komentar