Warga Afrika Selatan melakukan pemungutan suara pada Rabu (29/5) dalam pemilu paling kompetitif sejak berakhirnya era apartheid. Pemilu tersebut digelar di tengah tingkat jumlah pemilih yang banyak dan hasil jajak pendapat yang menunjukkan bahwa Kongres Nasional Afrika (ANC) mungkin akan kehilangan kursi mayoritas parlemen, setelah 30 tahun berada di pemerintahan.
Para pemilih meminta perubahan, dengan mengutip tingginya angka pengangguran dan kriminalitas, putusnya aliran listrik yang sangat sering terjadi dan korupsi di kalangan petinggi ANC sebagai sejumlah alasan mengapa mereka akan memilih untuk partai-partai oposisi. Sementara yang lainnya tetap mengkhawatirkan perubahan dan masih percaya bahwa ANC yang berkuasa tetap akan mewujudkan janji-janji mereka.
Pemilih muda yang tidak hidup di tengah apartheid, sangat kecewa dengan ANC dan prospek ekonomi negara itu.
“Saya memilih untuk EFF, Economic Freedom Fighters, dan itu karena saya butuh pikiran yang segar, cara berpikir yang baru,” kata Andrew Mathabatha, seorang pemilih.
Para pemilih memilih majelis pronvisi di masing-masing 9 provinsi negara itu, dan parlemen nasional baru, yang kemudian akan memilih presiden baru.
Dengan ANC masih berada di jalur untuk memenangkan bagian terbesar suara pemilih, pemimpin mereka, Presiden Cyril Ramaphosa, nampaknya masih akan tetap berkuasa.
Lebih dari 27 juta rakyat Afrika Selatan terdaftar untuk memilih di lebih dari 23 ribu TPS, dengan pemungutan suara akan berakhir pada pukul 21.00 pada hari Rabu. [ns/jm]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilih di Afrika Selatan Berharap “Perubahan” dalam Pemilu Tahun Ini - Bahasa Indonesia - VOA Indonesia"
Posting Komentar