Search

Pemilu AS: Siapa yang menang dalam debat capres AS pertama yang 'sangat kacau'? - BBC News Indonesia

Donald Trump dan Joe Biden

Dalam debat calon presiden Amerika Serikat (AS) yang serupa dengan perebutan makanan pada Selasa (29/09) waktu setempat, pemenangnya adalah pria yang paling bersih.

Pemenang debat adalah Joe Biden - jika misinya adalah untuk membuktikan ke warga AS bahwa ia bisa bertahan di bawah tekanan dan ia tidak kehilangan langkah karena usianya yang sudah lanjut.

Ia harus menunjukkan ia bisa, secara kiasan, menerima hinaan dan tetap tenang.

Ia sebagian besar sudah memenuhi standar, meskipun itu lantaran Donald Trump, yang sering bicara kasar dan menginterupsinya, jarang memberikan kesempatan bagi mantan wakil presiden AS itu untuk mengatakan sesuatu yang dapat benar-benar merusak kampanyenya.

Karakteristik Trump di Twitter - seorang presiden yang tidak biasa, bombastis, dan sering memicu rumor - terlihat penuh selama debat yang berlangsung selama 1,5 jam tersebut.

Sayangnya bagi presiden, banyak pemilih di AS, bahkan pendukungnya sendiri, menganggap pribadinya di media sosial salah satu karakteristik yang lebih tidak menarik.

Trump membutuhkan debat ini untuk memenangkan kontestasi yang sepertinya tidak memihaknya. Pemilu presiden AS sejauh ini masih stabil, meskipun di tengah masalah ekonomi, kesehatan, dan sosial.

Tidak ada satupun soal debat calon presiden pertama ini yang barangkali mengubah dinamika pemilu atau merebut hati pemilih di AS yang mengatakan mereka masih belum menentukan pilihan, yang rasionya satu dari setiap 10 pemilih.

'Anda bisa diam?'

Arah debat ini telah sangat jelas dari awal. Misi Donald Trump adalah untuk melemahkan Joe Biden - dan ia berencana melakukannya dengan terus-menerus menginterupsi mantan wapres AS tersebut.

Ini menghasilkan serangkaian argumen yang rusuh, termasuk ketika Trump mempertanyakan intelijensi Biden dan Biden menyebut Trump sebagai badut, memintanya diam, dan bertanya dengan lugas, "Anda bisa diam?"

Trump berulang kali menyindir Biden, sampai kandidat dari Partai Demokrat itu tertawa dan menggelengkan kepala.

Sebagai moderator, Chris Wallace mengumumkan bahwa virus corona adalah topik debat selanjutnya dan kedua kandidat akan diberi waktu 2,5 menit untuk menjawab, Bidden lalu berkomentar: "Semoga beruntung dengan itu."

Tiba-tiba, memoderasi acara waktu televisi yang prestisius ini berasa seperti pekerjaan terburuk di Amerika.

Ketika Biden sengaja melihat kamera

Berbicara soal virus corona, ini adalah topik yang sangat sulit bagi presiden, dan topik ini muncul awal di debat.

Trump harus membela respon pemerintahannya yang telah menewaskan lebih dari 200.000 warga AS.

Ia mengatakan bahwa langkah yang diambilnya telah mencegah kematian yang lebih banyak dan jika Biden menjadi pemimpin, maka situasinya akan lebih buruk.

Jawaban Biden adalah dengan berbicara langsung ke kamera, bertanya kepada penonton apakah mereka percaya pada Trump (jajak pendapat mengindikasi mayoritas warga AS tidak setuju dengan cara Trump menangani pandemi).

Dalam sebuah perdebatan, Trump membanggakan jumlah pendukung dalam kampanye-kampanyenya, yang digelar di luar ruangnya karena itulah yang disarankan para "ahli" - demikian penekanan katanya.

Ia lalu mengatakan jumlah pendukung Biden dalam kampanyenya kecil karena ia tidak bisa menarik massa yang lebih besar.

Ini mewakili perbedaan pandangan fundamental dari kedua kandidat terkait pandemi dan apakah situasinya akan menjadi lebih baik - atau lebih buruk.

Trump membanggakan rekornya dalam menyelesaikan masalah

Jika ada pesan yang ingin disampaikan kubu Trump kepada warga Amerika dari debat ini - sebuah klip yang dikirim dari akun Twitter Trump ketika debat masih berjalan - adalah bahwa Joe Biden bekerja sebagai pejabat publik selama hampir 50 tahun untuk memecahkan masalah yang dihadapi AS, dan masalah itu masih ada.

"Dalam 47 bulan, saya telah melakukan lebih dibanding Anda dalam 47 tahun," kata Trump kepada Biden.

Biden baru merespon kemudian.

"Di bawah kepresidenan ini, kita menjadi lebih lemah, lebih sakit, lebih miskin, dan lebih terbagi," ujarnya.

Biden gagal menyentil Trump soal 'pajak rahasianya'

Ketika artikel New York Times soal pajak Trump dirilis pada Minggu malam, itu dianggap sebagai 'bom' - publik akhirnya tahu informasi yang dirahasiakan presidennya selama bertahun-tahun, tak seperti presiden-presiden sebelumnya.

Donald Trump

Ketika topik itu muncul dalam perdebatan, Donald Trump memakai pembelaan yang telah digunakannya pada 2016 - yaitu ia telah membayar banyak pajak dan kemampuannya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkannya adalah karena ia mampu memanfaatkan celah hukum.

Biden lalu mencoba mengganti topik dengan mengecam reformasi pajak yang disusun Partai Republik.

Meskipun ia mencatat bahwa pajak federasi yang dibayar Trump lebih sedikit ketimbang pajak guru-guru, pesan itu - yang sebenarnya bisa dipakai untuk menyerang Trump - tersembunyi ketika ia berdebat dengan Trump.

Jika dokumen pajak Trump ternyata mempengaruhi kampanye presidennya, itu bukan karena diangkat lagi dalam debat ini.

'Saya kandidat Partai Demokrat, bukan Bernie'

Salah satu gol Trump dalam debat ini adalah - dan melalui kampanyenya selama ini - adalah untuk menggambarkan Biden sebagai sandera Partai Demokrat sayap kiri. Biden, dalam argumen pertamanya dengan presiden, membela dirinya.

Topik pembuka debat adalah Mahkamah Agung, namun Biden dengan cepat mengalihkan diskusi menjadi soal Affordable Care Act, atau Undang-Undang Perawatan Terjangkau. Saat ini sebuah gugatan tentang ACA sudah dilayangkan ke MA.

Trump mencoba menuding Biden sebagai pendukung "sistem kesehatan sosialis" dan mencoba menghapuskan asuransi swasta. Ini mendorong kandidat Partai Demokrat itu untuk mengatakan bahwa itu bukanlah rencananya, dan dia adalah nominasi dari Partai Demokrat.

"Saya Partai Demokrat sekarang," katanya. "Saya menyetujui platform Partai Demokrat."

"Ini tidak akan berakhir dengan baik"

Segmen penutup debat adalah tentang keamanan pemilu dan kekhawatiran bahwa pemilu tidak akan bebas dan adil. Hal ini diangkat oleh kedua kubu.

Detil diskusi tersebut, jika bisa dikatakan diskusi, didominasi oleh Trump yang menceritakan beberapa kisah yang menurutnya menggambarkan bahwa pemungutan suara lewat surat, yang akan dilakukan jutaan pemilih AS tahun ini, berpotensi terganggu oleh korupsi dan inkompetensi.

"Ini tidak akan berakhir dengan baik," kata Trump. Ini adalah sentimen yang akan disetujui oleh banyak warga AS dari tiap-tiap haluan politik, meskipun dengan alasan berbeda.

Sementara itu Biden mencoba menjawab dengan hormat. Ia menyerukan semua surat suara dihitung dan berjanji untuk menghormati hasil pemilu setelah pemenang diketahui.

Sepertinya ia akan bicara lebih lanjut dalam kesimpulan, namun Trump menginterupsinya lagi dan Wallace mengumumkan debat telah berakhir.

Ini adalah akhir yang mendadak bagi malam debat yang rusuh. Acara seperti ini jarang sekali mengubah dinamika pemilu, dan debat kali ini sangat berantakan sehingga sepertinya tidak mungkin mengubah pikiran banyak orang.

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Aje https://www.bbc.com/indonesia/dunia-54350381

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemilu AS: Siapa yang menang dalam debat capres AS pertama yang 'sangat kacau'? - BBC News Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.