Vivin Monica Nurdiana duduk jongkok di samping pusara anaknya, Hendry Jovinski (25), staf Komisi Pemilihan Umum (KPU) Yahukimo yang meninggal karena dibunuh. Sambil berurai air mata ia mengutarakan kerinduan kepada anaknya.
"Hendry, baik-baik ya, Nak. Mama akan sering ke sini (pemakaman). Mama kangen Hendry," ucap Vivin, yang berpakaian serba hitam, di pemakaman anaknya, di pemakaman Sasana Laya, Dusun Rewulu Wetan, Desa Sidokarto, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (13/8).
Sejumlah kerabat masih ramai mengelilingi makam yang bertabur bunga kamboja itu. Mereka mengangkat tangan untuk berdoa. Tampak pula Ketua KPU Arief Hidayat di penguburan jenazah itu.
Sesekali terdengar Vivin berteriak histeris memanggil nama Hendry, karena masih tak percaya putra kesayangannya meninggal.
Hendry menjadi korban pembunuhan saat bertugas di Papua, pada 11 Agustus. Pelaku saat ini masih belum diketahui. Saksi yang juga rekan korban ketika peristiwa terjadi, Kenan Mohi (38), mengaku sempat mendengar penyerang menyatakan ke korban, "kamu Indonesia ya."
Jenazah korban kemudian diterbangkan dari Papua, ke Jakarta, untuk kemudian tiba di Yogyakarta, Kamis (13/8).
Menurut Vivin, semasa hidupnya Hendry terobsesi menjadi staf KPU karena mencintai Papua sebagai bagian dari NKRI. Selain itu, kata dia, Hendry bermimpi memperbaiki sistem pemilu di Indonesia agar bebas dari kekisruhan seperti di negara-negara maju.
Hendry Jovinski dan rekannya Kenan Mohi dicegat oleh orang tak dikenal saat hendak kembali ke kantor KPU Yahukimo, Papua, sebelum ditikam dari belakang. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj)
|
"Mamah, saya kepingin kalau Pemilu di Indonesia itu seperti di Eropa, di Inggris, tanpa ditusuk-tusuk, lalu ribut-ribut, lalu digugat, dan dibilang curang," ucap Vivin menirukan ucapan almarhum putranya, di depan Ketua KPU, saat di rumah duka sebelum pemakaman tersebut.
Ketika mengikuti tes calon staf KPU, Vivin mengaku Hendry memilih Papua sebagai tempat tugasnya karena ada tantangan besar di Bumi Cendrawasih. Ia juga ingin menunjukkan bahwa orang di luar Papua mencintai mereka sebagai bagian dari NKRI.
"Saya pribadi, kalau ketemu orang Papua di mana saja, misalnya di Jakarta, kami ajak makan bersama, kami bayarin mereka," sambung Vivin.
Hal itu ia lakukan lantaran ingin Papua benar-benar aman, sekaligus menunjukkan kecintaannya pada orang-orang Papua sebagai bagian dari Warga Negara Indonesia (WNI).
"Saya tak pernah menyangka kalau anak saya bakal meninggal di sana," ucap Vivin.
Semasa hidupnya, lanjut Vivin, Hendry juga bercita-cita ingin membiayai adiknya kuliah di perhotelan. Selain itu, ia juga sudah merencanakan untuk mengajak keluarganya jalan-jalan melihat keindahan alam Papua.
Vivin pun berharap peristiwa yang menimpa putranya itu menjadi yang terakhir, khususnya terhadap petugas penyelenggara pemilu di Papua.
"Tolong, harapan anak saya menjadi aspirasi KPU supaya cita-citanya bisa terwujud," pintanya.
Prosesi pemakaman Hendry Jovinski, yang disebut oleh Ketua KPU Arief Budiman sebagai pahlawan demokrasi. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.)
|
Arief Budiman dalam sambutannya saat serah terima jenazah menyampaikan bahwa Hendry Jovinsky adalah pahlawan demokrasi.
"Banyak cita-cita besar almarhum yang belum terselesaikan, maka menjadi tugas kita semua untuk menyelesaikan bersama," tutur dia.
Pihaknya meminta agar aparat kepolisian segera mengusut tuntas kasus pembunuhan tersebut dan mengungkap motifnya. Arif juga menegaskan penyelenggara Pemilu harus tetap menjalankan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan meningkatkan kewaspadaan.
"KPU membutuhkan dukungan dari aparat keamanan untuk mengamankan bukan hanya kantor dan sarananya, tetapi juga pengamanan bagi penyelenggara Pemilu yang sedang bertugas melaksanakan tahapan Pilkada," imbuhnya.
Sekretaris KPU Provinsi Papua Ryllo Ashuri Panay yang turut mengantar jenazah Hendry ke rumah duka menjelaskan peristiwa itu merupakan kasus pertama yang terjadi di sana.
Yahukimo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang akan menggelar Pilkada pada 9 Desember 2020.
Terkait penanganan kasusnya, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengakui penyidik Polres Yahukimo sudah meminta keterangan dari pasangan suami istri (pasutri) Karen Mohi, saksi yang juga staf KPU, dan Karolina Pahabol, istri Mohi.
Kapolres Yahukimo AKBP Ignasius Benny membantah pemberitaan tentang penangkapan salah satu pelaku penyerangan yang menewaskan Hendry.
"Belum ada pelaku yang ditangkap. Namun, tadi sudah dilakukan olah TKP," kata dia, dikutip dari Antara.
(sut/arh) Baca Lagi Aje https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200813151356-20-535362/kisah-staf-kpu-yahukimo-cinta-papua-dan-mimpi-pemilu-damaiBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Staf KPU Yahukimo, Cinta Papua dan Mimpi Pemilu Damai - CNN Indonesia"
Posting Komentar