Irak tengah menggelar pemilihan umum (pemilu) pada Minggu (10/10). Setidaknya, sebanyak 167 partai dan lebih dari 3.200 kandidat bersaing untuk memperebutkan 329 kursi parlemen.
Namun, banyak penduduk Irak yang memboikot pemilu ini, setelah kehilangan kepercayaan pada sistem demokrasi yang dibawa oleh invasi Amerika Serikat pada tahun 2003.
"Saya memanggil orang-orang Irak: masih ada waktu. Keluar rumah, berikan pilihan untuk Irak, dan pilih masa depan Anda," kata Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (10/10).
Reuters melaporkan pemilu juga akan menentukan presiden, perdana menteri, dan kabinet. Namun, namun negosiasi terkait orang yang akan menempati posisi tersebut dalam pemilukerap bertele-tele selama berbulan-bulan.
Pemilu Irak kali ini diadakan beberapa bulan lebih awal setelah undang-undang (UU) baru yang membantu calon independen pro reformasi dirancang. UU tersebut merupakan respons atas protes terhadap pemerintahan dua tahun lalu.
Hasil pemilu diperkirakan akan tetap memenangkan kubu yang tengah berkuasa di Irak, yaitu Islam Syiah yang mendominasi. Dengan begitu, menurut analis, hasil pemilu tidak akan mengubah keseimbangan kekuasaan itu negara itu.
Sementara, sejumlah negara lain bersaing untuk mempengaruhi pemilu Irak, mereka adalah Amerika Serikat (AS), Israel, dan negara-negara di Teluk Arab.
Selain itu, AS menarik mundur pasukan tempur yang ada di Irak atas kesepakatan dengan pemerintah.
Penarikan tersebut didukung partai Syiah yang menyerukan penghapusan pasukan AS setelah pembunuhan komandan militer utama Iran, Qassem Soleimani, di Baghdad pada 2020.
(adp/ard) Baca Lagi Aje https://www.cnnindonesia.com/internasional/20211010141134-120-705818/pemilu-irak-digelar-di-tengah-pesimisme-pendudukBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Irak Digelar di Tengah Pesimisme Penduduk - CNN Indonesia"
Posting Komentar