Stavanger, Beritasatu.com- Perubahan iklim telah muncul menjadi isu utama bagi para pemilih Norwegia jelang pemilu parlemen pada 12-13 Septeber 2021. Seperti dilaporkan Reuters, Rabu (1/9/2021), kota Stavanger kini sedang mempersiapkan masa depan rendah karbon.
“Norwegia mengeluarkan sekitar 13,3 juta ton setara karbon dioksida pada tahun 2020 dari produksi bahan bakar fosil. Tetapi emisi dari minyak dan gas Norwegia yang digunakan di luar negeri 30 kali lebih tinggi yaitu lebih dari 400 juta ton,” kata Robbie Andrew, peneliti senior di lembaga iklim yang berbasis di Oslo, lembaga kajian CICERO.
Produsen minyak utama Eropa Barat menghadapi tekanan dari kelompok lingkungan untuk menghentikan semua proyek minyak dan gas baru dalam membantu menjaga perubahan iklim.
Jajak pendapat menunjukkan Partai Buruh yang menjadi oposisi dan sekutunya termasuk Sosialis Kiri secara luas diperkirakan akan menggantikan koalisi berkuasa Perdana Menteri Konservatif Erna Solberg. Buruh mendukung eksplorasi minyak bumi yang berkelanjutan sementara kaum Kiri Sosialis menentangnya.
Sejak publikasi laporan PBB pada 9 Agustus yang memperingatkan bahwa pemanasan global hampir lepas kendali, partai-partai yang memprioritaskan perubahan iklim, seperti Partai Hijau dan Kiri Sosialis yang telah mengalami peningkatan popularitas dalam jajak pendapat. Partai Hijau bahkan mencatat kenaikan 25% dalam keanggotaan partai mereka.
Semakin baik kinerja partai-partai pro-lingkungan dalam pemilu, semakin besar kemungkinan mereka akan mampu memaksakan pengekangan terhadap perusahaan minyak, seperti membatasi di mana perusahaan bisa mencari ladang baru.
Namun, situasi itu akan menjadi tugas yang sulit untuk dipercepat seperti yang diinginkan oleh Partai Hijau. Bagaimanapun sektor pertambangan menyumbang 42% dari ekspor nasional dan mempekerjakan sekitar 160.000 orang.
Tidak ada fokus pada kebijakan perubahan iklim seperti di Stavanger, kota pantai barat berangin yang merupakan basis bagi Equinor dan perusahaan minyak lainnya.
"Ada penerimaan besar-besaran yang perlu kita ubah, bahwa kita perlu mulai merencanakan kehidupan setelah minyak," kata Svein Kvernstuen, 49 tahun, kepala eksekutif Beyonder.
Beyonder adalah perusahaan membuat sel baterai pengisian cepat yang diproduksi dengan energi terbarukan dan serbuk gergaji yang dapat digunakan untuk memberi daya pada mesin berat atau untuk menstabilkan jaringan listrik.
Seperti sang ayah, Kvernstuen pernah bekerja di anjungan lepas pantai, dan kemudian bekerja di perusahaan jasa minyak, sebelum mendirikan Beyonder pada 2016. Pria berusia 49 tahun itu ingin setiap pemerintahan baru untuk fokus pada pendidikan untuk memastikan dia dapat mempekerjakan pekerja terampil untuk pabrik percontohan yang dia bangun seharga 700 juta crown (US$ 79 juta atau Rp 1,13 triliun), dengan rencana untuk memulai produksi sel baterai skala penuh pada tahun 2024.
Mendapatkan pekerja dengan keterampilan yang tepat adalah tantangan besar, kata Kvernstuen, dan perusahaan harus merekrut beberapa orang dari luar negeri, terutama dari Asia.
Sementara itu, NorSea, operator pelabuhan pemasok ke anjungan minyak dan gas lepas pantai, sedang mengembangkan situs terbesar di dunia untuk membangun fondasi turbin angin lepas pantai terapung. Norwegia memang telah membuka daerah lepas pantai untuk ladang angin dan berencana untuk mengadakan tender pertama tahun depan.
Chief Executive John Stangeland menginginkan prosedur birokrasi yang lebih sederhana, dengan mengatakan peraturan saat ini bisa memakan waktu hingga satu dekade untuk melihat turbin angin terapung pertama berputar di landas kontinen Norwegia.
"Ketakutan saya adalah kita bergerak terlalu lambat," kata pria 57 tahun itu.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com
Baca Lagi Aje https://www.beritasatu.com/dunia/821383/perubahan-iklim-jadi-isu-utama-pemilu-norwegiaBagikan Berita Ini
0 Response to "Perubahan Iklim Jadi Isu Utama Pemilu Norwegia - BeritaSatu"
Posting Komentar