"Kemarin ketika menjadi pembicara di Bangkok muncul pertanyaan apakah sebenarnya kerukunan sosial dampak dari pilkada, pemilu, pilpres ini betul nyata atau nggak? atau hanya sekedar hantu ketakutan? lalu direspons oleh sebuah ketakutan-ketakutan," kata Maman saat diskusi Pollmark di Hotel Sofyan, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/8/2018).
"Saya ingin melihat sisi bagaimana cara agar tidak terjadi keretakan. Pertama adalah memberikan edukasi politik pada masyarakat politik itu biasa adu ide gagasan, Gerakan edukasi politik mengacu pada bagaimana Indonesia terbentuk. Ini penting tentang founding father kita. Mereka kan pembaca yang baik dan mereka punya cara berbeda tapi rukun," jelas dia.
Selain itu, dia menyebut masyarakat juga perlu diberi tahu mengenai adu argumen yang sering terjadi di politik. Menurutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang tidak terbiasa dengan adu argumen para politikus sehingga munculnya fitnah dan hoax antar pendukung.
Lebih lanjut, dia juga menanggapi survei Pollmark pada Pilkada DKI Jakarta 2017, di sana disebut 5,7 persen masyarakat DKI putus pertemanan karena berbeda arah dukungan.
"Potensi 5,7 persen akhirnya orang nggak berteman di Pilkada ini sangat menarik, makanya ada orang ketakutan lalu direspons orang yang sangat takut. Ada juga orang menggunakan politik SARA berlebihan tapi direspons berlebihan sama orang yang takut seolah-olah kalau dia menang nanti negara kita akan jadi negara Syariah, barbar, negara Arab. Saya rasa Indonesia punya kelompok nasionalis religius dan kita yakin Indonesia nggak akan mudah seperti Suriah," pungkasnya.
Simak Juga 'Isu SARA Jadi Faktor Penghambat Demokrasi Pemilu!':
(zap/idh) Baca Lagi Aje https://news.detik.com/berita/4187668/cegah-perpecahan-di-pemilu-2019-pkb-usul-edukasi-politik-rakyat
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cegah Perpecahan di Pemilu 2019, PKB Usul Edukasi Politik Rakyat"
Posting Komentar