Hari ini Minggu (21/6), Presiden Joko 'Jokowi' Widodo berulang tahun ke-59. Pria yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini menjadi Presiden RI ketujuh yang menjabat sejak 20 Oktober 2014.
Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada Pemilihan Presiden 2014.
Karier Jokowi di birokrasi bermula saat menjabat Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai 1 Oktober 2012, didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota.
Hingga saat ini sudah lima kali Jokowi mengikuti kontestasi politik dan belum sekalipun mengalami kekalahan. Yuk simak rekam jejak politik Jokowi:
1. JMemulai karier politik sebagai Wali Kota Solo tahun 2005
Jokowi berasal dari keluarga sederhana. Rumahnya pernah digusur tiga kali ketika dia masih kecil. Namun, ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Setelah lulus, dia menekuni profesi sebagai pengusaha mebel.
Karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Solo pada 2005. Pada Pilkada Kota Solo 2005 kala itu, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62 persen.
Baca Juga: Anak Medan Cover Lagu Senja di Kaimana untuk HUT Ke-78 Jusuf Kalla
2. Tahun 2010 terpilih lagi sebagai Wali Kota Solo dengan suara melebihi 90 persen
Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman pada masa muda, ia mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya. Meski harus menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan, di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri.
Salah satunya adalah kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.
Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan, berbagai kawasan seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan, dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional.
Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia". Berkat pencapaiannya ini, pada 2010 ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Solo dengan suara melebihi 90 persen.
3. Tahun 2012 Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta
Pada 2012, ia dicalonkan oleh PDIP sebagai Gubernur DKI Jakarta. Setelah resmi memenangkan penghitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya menghalangi pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta. Namun hal ini dibantah oleh DPRD Surakarta.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun tangan jika masalah ini terjadi. Sebab, pengangkatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan mana pun.
Jokowi sudah menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri setelah terpilih.
Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap Undang-Undang No. 34 Tahun 2004, sehingga setelah Jokowi, kepala daerah yang mencalonkan diri di daerah lain harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan diri sebagai calon.
Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Wali Kota Surakarta dan masa jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan Jokowi tertunda dari jadwal awal, 7 Oktober 2012 menjadi 15 Oktober 2012.
Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai biaya karena adanya pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang sederhana. DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp550 juta, dari awalnya dianggarkan Rp1,05 miliar dalam Perubahan APBD. Acara pelantikan juga diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.
4. Tahun 2014 Jokowi-Jusuf Kalla memenangkan Pilpres
Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.
Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya, sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.
Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDIP harus disetujui oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Jokowi menegaskan, baru akan menentukan ikut pilpres atau tidak setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April. Namun, pada 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden.
Jokowi pun lantas mengumumkan, bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden dalam Pilpres 2014.
Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung. Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi 4.878,64, sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat hingga angka 11,386.
Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat mendongkrak suara PDIP hingga 30 persen dalam pemilu legislatif. Namun, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDIP gagal mencapai 20 persen.
Pada 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon wakil presidennya. Pengumuman sekaligus deklarasi tersebut berlangsung di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta.
Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi PDIP, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.
Menjelang Pilpres, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres boneka, keislaman Jokowi yang diragukan, tuduhan bahwa Jokowi adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong, hingga klaim bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.
Jokowi pada akhirnya menjadi Presiden Republik Indonesia. Ia tercatat sebagai presiden ke-7 RI setelah memenangkan Pemilu 2014. Bersama Jusuf Kalla, Jokowi memperoleh 53,15 persen suara.
Mereka mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh 46,85 persen suara, sesuai keputusan KPU RI pada 22 Juli 2014. Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada 20 Oktober 2014, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.
5. Melawan Prabowo Subianto lagi, Jokowi menang pada Pilpres 2019
Pada 21 Mei 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil rekapitulasi nasional pemilihan presiden yang menunjukkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang, mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut KPU, jumlah suara sah nasional tercatat 154.257.601. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 85.607.362 atau 55,50% dari total suara sah nasional.
Jumlah suara sah pasangan saingan mereka, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, adalah 68.650.239 suara atau 44,50% dari total suara sah nasional.
Dengan kemenangan pada Pilpres 2019, total sudah 5 kali Jokowi bertarung dalam pemilu dan belum sekalipun mengalami kekalahan. Dari pertama kali Pilkada 2005 di Solo, Jokowi hanya membutuhkan waktu 9 tahun hingga akhirnya menjadi Presiden RI. Selamat ulang tahun Pak Presiden!
Artikel asli berjudul Perjalanan Karier Politik Jokowi, dari Wali Kota hingga Jadi Presiden yang diterbitkan oleh IDN Times Joga.
Baca Juga: Jokowi Ulang Tahun ke-59, Jubir Presiden: Tidak Ada Perayaan
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ulang Tahun Ke-59, Belum Pernah Sekalipun Jokowi Kalah dalam Pemilu - IDN Times Sumatera Utara"
Posting Komentar