Budayawan Sujiwo Tejo dan seniman Nasirun menyodorkan diri sebagai calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) alternatif, sebuah gambaran bahwa pemilu mestinya tak perlu disikapi bak perang kadrun vs cebong.
Keduanya mendeklarasikan diri sebagai pasangan alternatif di Studio Nasirun, Jalan Wates, Kasihan, Bantul, DIY, Jumat (17/8). Seriuskah?
Nyatanya, Sujiwo Tejo dan Nasirun tidak benar-benar mencalonkan diri sebagai pasangan capres-cawapres. Mereka mengaku ini gimik semata, bagian dari pengantar pameran kolaborasi seni rupa keduanya di Bentara Budaya Jakarta dalam waktu dekat ini.
"Kalau memang dipilih, aku enggak tahu. Tapi kan itu hil-hil yang mustahal. Masa kayak aku jadi [presiden] sama Nasirun," seloroh Sujiwo.
Ia menekankan apa yang ia lakukan bersama Nasirun ini bukanlah suatu sindiran ataupun menganggap pribadi sendiri lebih kompeten ketimbang tiga nama bakal calon presiden yang telah muncul sekarang ini.
Sejauh ini, ada tiga politikus yang sudah mendeklarasikan diri sebagai kandidat presiden. Yakni, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto.
Sujiwo (60) menggarisbawahi soal program pemerintahan yang tak pernah benar-benar berorientasi atau berpihak kepada aspek kebudayaan.
Ia pun merujuk pada ucapan putri bungsu Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Inayah Wahid, yang hadir dalam acara deklarasi ini.
"Selama ini kebudayaan enggak pernah jadi panglima. Mulai zaman Bung Karno, politik jadi panglima. Pak Harto sampai ke sini, ekonomi jadi panglima. Pidatonya Inayah tadi sangat menggetarkan, kapan sih kita dipimpin oleh seseorang yang mengedepankan kebudayaan sebagai panglima?" cetus pemilik album Pada Suatu Ketika (1998) ini.
Sujiwo juga melihat tiga sosok capres yang sudah mengemuka sejauh ini masih berkonsentrasi ke aspek ekonomi. Menurut dia, pembangunan daerah masih melulu soal fisik.
Dia mencontohkan dana desa yang banyak habis untuk pembangunan jembatan, jalan.
Padahal, lanjutnya, infrastruktur lain berbasis kebudayaan yang berpotensi menumbuhkan kualitas sumber daya manusia seperti sanggar tari hingga perpustakaan masih jarang ada.
Di lain sisi, Sujiwo melihat infrastruktur berbasis kebudayaan seperti sanggar tari juga memiliki multiplier effect ke aspek ekonomi. Sanggar tari yang dibangun dengan nuansa kedaerahan bukan hanya mengundang para peminat tari-tarian tradisional, namun juga wisatawan.
"Kenapa nggak bangun sanggar tari, sehingga dia (seniman) bisa hidup. Itu tari bisa dihitung kok secara ekonomi. Nanti berapa kali dia pentas, terus berapa turis yang datang. Bisa kok. Tapi, biasanya enggak gitu karena terlalu enggak fisik. Enggak bisa diukur kata kepala-kepala desa itu, yang bisa diukur itu jembatan, jalan," ungkapnya.
Adapun pameran yang ia gelar bersama Nasirun juga masih terkait pemilu. Kata Sujiwo, menitikberatkan pada ajakan menjadikan pesta demokrasi lima tahunan yang penuh kegembiraan dan tidak terlalu serius.
"Pemilu ini sebetulnya juga peristiwa kebudayaan, jangan terlalu serius. Main-main aja," ucapnya.
Dia menyinggung fenomena cebong lawan kadrun, yang merepresentasikan polarisasi kubu, yang masih saja ada di masyarakat. Sementara, para elite politik telah lama menanggalkannya.
Lukisan bertemakan catur dalam pamerannya menggambarkan situasi kontestasi politik yang sebagaimana mestinya.
"Hebatnya pemain catur itu, seserius-seriusnya catur mereka sadar bahwa itu cuma permainan. Problemnya di pemilu, kadang kita enggak sadar bahwa ini cuma permainan. Bahwa bedanya Pak Ganjar, Pak Prabowo, sama Mas Anies itu cuma permainan aja, jangan terlalu serius," tutupnya.
(kum/arh) Baca Lagi Aje https://news.google.com/rss/articles/CBMif2h0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vaGlidXJhbi8yMDIzMDgxNzE3MTgxMy0yNDEtOTg3MzM2L3N1aml3by10ZWpvLW5hc2lydW4tY2FwcmVzLWNhd2FwcmVzLXBvdHJldC1wZW1pbHUtY3VtYS1tYWluLW1haW7SAYMBaHR0cHM6Ly93d3cuY25uaW5kb25lc2lhLmNvbS9oaWJ1cmFuLzIwMjMwODE3MTcxODEzLTI0MS05ODczMzYvc3VqaXdvLXRlam8tbmFzaXJ1bi1jYXByZXMtY2F3YXByZXMtcG90cmV0LXBlbWlsdS1jdW1hLW1haW4tbWFpbi9hbXA?oc=5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sujiwo Tejo-Nasirun Capres-Cawapres, Potret Pemilu Cuma 'Main-main' - CNN Indonesia"
Posting Komentar