Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkeras tak akan menggelar pemilihan presiden dan parlemen lebih awal terlepas dari desakan oposisi untuk mundur akibat inflasi mata uang lira yang terus memburuk.
Erdogan menegaskan pilpres dan pemilihan parlemen akan tetap dihadakan sesuai jadwal yakni Juni 2023.
"Mereka (oposisi) masih menyerukan pemilu lebih cepat. Tidak akan ada pemilu lebih cepat. Itu akan digelar Juni 2023. Menggelar pemilu setiap 15-20 bulan sekali hanya akan dilihat orang-orang bahwa kita ini bangsa primitif," kata Erdogan saat rapat bersama partainya Justice and Development Party (AKP) di Ankara pada Selasa (23/11).
Erdogan pun menyerukan seluruh jajaran partainya untuk bekerja lebih keras agar dapat terpilih dan memenangkan pemilu lagi.
Ia bertekad AKP dan sekutu utamanya, Nationalist Movement Party (MHP) akan meraup suara mayoritas parlemen pada pemilu 2023.
Erdogan juga bersumpah akan menggagalkan segala bentuk upaya sabotase ekonomi, politik, hingga militer menjelang seratus tahun usia Republik Turki berdiri pada 2023 nanti.
"Kami akan menyelesaikan perjuangan kami dengan cara terbaik dan kami akan memberikan masa depan yang sangat cerah dan baru untuk anak-anak kami," katanya Erdogan seperti dilansir surat kabar Hurriyet Daily.
"Semua pemilihan sangat penting tetapi mengingat keadaan yang mempengaruhi Turki dan dunia, pemilihan 2023 akan menjadi sangat penting bagi Turki dan peran masa depannya di lingkungan yang lebih luas," ucap sang presiden menambahkan.
Kepemimpinan Erdogan terus diuji setelah kelompok oposisi menyalahkan sang presiden atas penurunan nilai mata uang lira yang anjlok hingga 15 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Politikus oposisi di parlemen Turki menganggap inflasi ini menggiring Turki menghadapi "malapetaka" paling gelap dalam sejarah.
"Belum ada bencana seperti ini dalam sejarah Republik Turki," kata pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Republik, Kemal Kilicdaroglu pada Selasa (23/11).
Kilicdaroglu menyalahkan Erdogan, yang telah memimpin Turki sejak 2003, sebagai penyebab nilai lira yang terus terperosok.
"Pada titik ini, Anda (Erdogan) adalah masalah keamanan nasional mendasar bagi Republik Turki," katanya seperti dikutip Reuters.
Mantan perdana menteri Turki, Ahmet Davutoglu, eks sekutu Erdogan, menganggap kebijakan ekonomi sang presiden merupakan bentuk "pengkhianatan dan bukan soal ketidaktahuan."
Sejauh ini, Erdogan telah memangkas suku bunga bank sentral yang ia yakini dapat menggenjot ekspor, investasi, dan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, sebagian ekonom menilai penurunan suku bunga adalah kebijakan yang 'sembrono'.
Warga Turki mengatakan bahwa penurunan Lira telah menjungkirbalikkan anggaran rumah tangga dan rencana pada masa depan.
Kilicdaroglu, Davutoglu, dan beberapa pemimpin oposisi lainnya telah mengumumkan pertemuan darurat guna membahas masalah inflasi lira yang terbesar kedua selama sejarah.
Seruan Erdogan mundur ramai di Twitter dapat dibaca di halaman berikutnya >>>
Seruan Erdogan Mundur Ramai di Twitter
BACA HALAMAN BERIKUTNYABagikan Berita Ini
0 Response to "Erdogan Ogah Majukan Pemilu Usai Didesak Mundur Imbas Lira Anjlok - CNN Indonesia"
Posting Komentar