AKURAT.CO, Rupanya situasi carut marut Suriah karena perang saudara hingga pandemi COVID-19 tidak menyusutkan langkah pemerintah untuk menggelar pemilihan umum (pemilu) parlemen.
Dalam liputannya, ABC News melaporkan bagaimana pada Minggu (19/7), warga telah memberikan suaranya. Meski begitu, pemilu parlemen tahun ini diketahui tetap tidak diselenggarakan secara menyeluruh.
Pemilu pun hanya dilakukan di bagian-bagian wilayah yang dikuasai oleh pemerintah yang berkuasa alias di bawah rezim Bashar al-Assad.
Pemungutan suara kemarin juga menjadi yang ketiga sejak perang saudara pecah di Suriah pada Maret 2011 lalu. Sebagai informasi, perang setidaknya telah menewaskan lebih dari 400 ribu orang serta menyebabkan lebih dari 5 juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga.
Tidak hanya itu, pemilu Minggu tersebut ternyata juga bertepatan dengan gelombang baru sanksi dari Amerika Serikat. Sementara, sanksi ekonomi dari AS ini diketahui mulai berlaku pada bulan Juni.
Sementara itu, DW menambahkan bahwa dalam pemilu kali ini, kandidat yang disetujui oleh pemerintah mencapai sekitar 2.100 calon. Ribuan kandidat ini pun berebut untuk menempati 250 kursi di Majelis Rakyat.
Namun, menurut DW, pemilu kali ini tidak menyertakan 'oposisi politik nyata'. Pasalnya, sebagian besar kandidat berasal dari partai berkuasa, Baath dan kelompok loyalisnya. Alhasil, Assad diperkirakan akan mengklaim hasil kemenangan yang signifikan.
Terlebih, dalam pemungutan suara terakhir pada tahun 2016, Baath dan sekutunya mengambil 200 dari 250 kursi parlemen. Sedangkan, sisanya adalah kandidat independen.
baca juga:
Kemudian, meski calon anggota parlemen sudah diumumkan, tetapi jumlah pemilih yang memenuhi syarat diketahui belum diumumkan. Namun, komisi pemilihan mengklaim telah menyiapkan lebih dari 7.400 tempat pemungutan suara.
Kemudian menurut ABC News, Assad telah dua kali menunda pemilihan parlemen 2020 karena penguncian serta wabah virus corona. Suriah, yang memiliki populasi sebelum perang 22 juta, telah melaporkan 496 kasus virus corona dan 25 kematian. Namun, angka aktual kasus diyakini banyak pihak lebih tinggi daripada laporan pemerintah.
Sementara itu, Al Jazeera menjelaskan bahwa pemilu parlemen Suriah telah mendapatkan banyak kritikan. Pihak oposisi bahkan menyebut bagaimana pemilu hanyalah 'lelucon' terutama lantaran jutaan warga yang berada di luar negeri tidak dianggap memenuhi syarat untuk memilih.
Selain itu, faktor lain yang diutarakan oleh oposisi hingga pengamat jelas datang dari kandidat anggota parlemen yang ternyata masih dikuasai oleh Baath dan sekutunya.
"Rezim ini tidak mengetahui pemilihan (nyata) sejak merebut kekuasaan 50 tahun lalu," kata tokoh oposisi senior Nasr al-Hariri, merujuk pada tanggal di mana ayah Assad, Hafez al-Assad menjadi presiden.
"Mayoritas warga Suriah percaya pemilihan hanya proses pengendalian rezim untuk mewakili dirinya sebagai otoritas yang sah di Suriah. Orang-orang tahu bahwa mayoritas anggota parlemen dicalonkan oleh partai Baath dan semuanya harus memiliki persetujuan keamanan berdasarkan kesetiaan dan bukan kualifikasi," tambah Zaki Mehchy, seorang rekan konsultan senior di Chatham House dan salah satu pendiri Pusat Penelitian Kebijakan Suriah.
Lebih lanjut, pengamat juga menerangkan bahwa sebagian besar warga sebenarnya percaya parlemen bukan saluran yang tepat untuk menyelesaikan masalah ekonomi mereka.
"Situasi ekonomi telah mencekik rata-rata warga Suriah di wilayah pemerintah serta pemberontak. (Namun) orang-orang diberi tahu (oleh pemerintah) untuk memilih," kata peneliti independen Malak Chabkoun.
Hasil pemilu rencananya akan diumumkan pada hari Selasa (21/7). Sementara dalam jajak pendapat terakhir pada tahun 2016, jumlah pemilih mencapai 57 persen.
Pemungutan suara di daerah yang dikuasai pemerintah juga dilaporkan berlangsung tanpa insiden besar. Meski begitu, di wilayah utara yang dikuasai pemberontak, sebuah bom mobil pada Minggu malam menewaskan lima orang dan melukai puluhan orang di dekat perbatasan yang bersinggungan dengan Turki.[]
Baca Lagi Aje https://akurat.co/news/id-1170227-read-suriah-tetap-gelar-pemilu-di-tengah-pandemi-covid19-dan-sanksi-asBagikan Berita Ini
0 Response to "Suriah Tetap Gelar Pemilu di Tengah Pandemi COVID-19 dan Sanksi AS - News Akurat"
Posting Komentar