TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Suriah pada Minggu, 19 Juli 2020 menyelenggarakan pemilu parlemen di tengah kelesuan ekonomi dan wabah virus corona. Masyarakat memberikan hak suara mereka di lebih dari 7 ribu TPS, termasuk di area yang dulu dikuasai oleh pemberontak.
Kubu oposisi Presiden Suriah Bashar al-Assad mencela pemilu parlemen ini sebagai sebuah lelucon. Suriah hampir 10 tahun dikecamuk perang hingga menewaskan ratusan ribu orang dan jutaan warganya menjadi pengungsi.
Anak-anak pengungsi Suriah menaiki kendaraan untuk kembali ke rumah mereka, karena takut akan wabah penyakit virus corona (COVID-19) di kamp-kamp pengungsian yang padat, di Dayr Ballut, Suriah, 11 April 2020. REUTERS/Khalil Ashawi
Situs reuters.com mewartakan, pemilu parlemen ini awalnya dijadwalkan pada April 2020, namun ditunda sampai dua kali karena pandemik virus corona. Di sebuah TPS di Ibu Kota Damaskus, banyak pemilih mengutarakan kekhawatiran mereka soal naiknya biaya hidup. Para pemilih yang baru tiba untuk memberikan hak suara disemprot cairan disinfektan.
“Kita harus menemukan solusi untuk kondisi hidup ini,” kata Samer Mahmoud, pemilik sebuah toko pakaian.
Dalam pemilu parlemen 2020, ada lebih dari 1.600 kandidat yang sebagian besar adalah pengusaha berpengaruh di Suriah yang memperebutkan total 250 kursi parlemen.
Pemilu 2020 adalah pesta demokrasi ketiga yang diselenggarakan Suriah sejak perang saudara meletup pada 2011 silam. Tidak ada kejutan yang diharapkan dalam pemilu ini, yang akan menandai dua decade berkuasanya Presiden Assad tanpa adanya oposisi yang nyata untuk mengalahkan Partai Baath, yakni partai berkuasa dan para sekutunya.
Di kota Douma, wilayah timur Damaskus, beberapa kandidat menggantungkan spanduk di sejumlah reruntuhan bangunan yang remuk karena perang, atap yang roboh dan gedung-gedung yang penuh lubang peluru. Di hari pencoblosan, puluhan orang menyemut di sebuah TPS, di mana potret Presiden Assad tersenyum terpampang di sebuah dinding.
“Saya datang memberikan suara karena saya ingin hidup dengan aman dan ingin harga barang-barang yang naik segera turun. Saya ingin ada sebuah perubahan besar,” kata Ziad, warga Suriah yang sempat jadi pengungsi dan pulang lagi ke negaranya dua tahun lalu.
Ziad menceritakan, pada 2016 dia juga memberikan hak suaranya di Damaskus.
Perekonomian Suriah saat ini semakin terpuruk dampak krisis negara tetangganya Lebanon. Negara itu juga pada akhir bulan lalu mendapat pengetatan sanksi dari Amerika Serikat.
Washington mengatakan tujuan sanksi mereka adalah menahan rekening Presiden Assad. Sebaliknya Damaskus menyalahkan Amerika Serikat atas pengetatan sanksi sehingga membuat harga barang-barang melambung dan anjloknya nilai mata uang Suriah. Walhasil, hidup masyarakat Suriah pun semakin sulit.
Baca Lagi Aje https://dunia.tempo.co/read/1367042/suriah-gelar-pemilu-parlemen-di-tengah-pandemik-coronaBagikan Berita Ini
0 Response to "Suriah Gelar Pemilu Parlemen di Tengah Pandemik Corona - Dunia Tempo.co"
Posting Komentar