Daftar Isi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan umum (pemilu) digelar di Eropa dalam beberapa waktu terakhir. Tak hanya level negara, Uni Eropa (UE) bahkan juga mengadakan pesta demokrasi di Benua Biru.
Sejumlah gelaran pemilu pun menghasilkan dinamika baru bagi politik Eropa. Sejumlah petahana pun harus tumbang atau terancam dengan naiknya posisi rival yang menguat.
Berikut sejumlah pemilu yang digelar di Eropa dan menarik perhatian publik dalam beberapa pekan terakhir.
1. Uni Eropa
Pemilihan parlemen UE digelar pada 6 hingga 9 Juni 2024. Pemilihan digelar di 27 negara anggota kekuatan multilateral regional itu dengan jumlah warga yang memiliki hak suara mencapai 373 juta orang.
Dalam gelaran itu, Partai Rakyat Eropa (EPP), yang merupakan gabungan dari Partai Kristen Demokratik di benua itu, unggul dengan perolehan 188 kursi dari 720 kursi yang tersedia.
EPP merupakan kendaraan politik dari Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan kemenangan EPP dapat menguatkan salah satu figur terkuat dunia itu menduduki posisi Presiden Komisi Eropa kembali.
Meski begitu partai-partai sayap kanan dan sayap kanan memperoleh perolehan suara yang signifikan. Di Prancis, misalnya, koalisi yang mencakup Partai Renaisans pimpinan Presiden Emmanuel Macron hanya memperoleh 14,6% suara. Rassemblement National yang berhaluan sayap kanan, yang berkampanye dengan dukungan anti-imigrasi, memenangkan 31,3% suara.
Ada juga kemunduran bagi partai-partai berhaluan tengah di Jerman. Kanselir Olaf Scholz melihat Partai Sosial Demokrat yang dipimpinnya terpaksa menempati posisi ketiga di belakang Alternatif untuk Jerman (AfD), sebuah partai sayap kanan.
"Seringkali masuk akal untuk memahami pemilihan Parlemen Eropa sebagai 27 referendum nasional mengenai kebijakan pemerintah di negara-negara anggota UE," kata Andrew Caruana Galizia, Kepala Eropa dan Eurasia di Forum Ekonomi Dunia.
"Kali ini tidak ada bedanya, guncangan nyata muncul di tingkat nasional di dua negara dengan perekonomian terbesar di Eropa."
2. Prancis
Prancis mengadakan pemilu sela ronde pertama pada akhir Juni lalu dan ronde kedua akhir pekan lalu. Pemilihan ini diadakan setelah Presiden Emmanuel Macron memutuskan untuk membubarkan parlemen beberapa waktu lalu pasca kekalahan partainya dalam pemilu UE.
Dalam pemilu ronde dua, tidak ada kelompok yang berhasil memperoleh mayoritas absolut. Ini membuat Prancis belum memiliki jalan yang jelas untuk membentuk pemerintahan baru tiga minggu sebelum Olimpiade Paris.
Meskipun memenangkan ronde pertama pada 30 Juni dengan margin yang jelas, hasil ini mengecewakan besar bagi Partai National Rally (NR) sayap kanan yang dipimpin oleh Marine Le Pen, meskipun diperkirakan akan memperoleh jumlah kursi terbanyak yang pernah mereka capai di parlemen
Aliansi sentris Macron akan memiliki anggota parlemen yang lebih sedikit, tetapi performanya masih lebih baik dari yang diperkirakan. Perdana Menteri (PM) Gabriel Attal mengatakan bahwa ia akan mengajukan pengunduran diri kepada Macron pada Senin (8/7/2024), tetapi siap untuk melayani "selama diperlukan," terutama mengingat Olimpiade yang akan datang.
Front Rakyat Baru (NFP), yang dibentuk bulan lalu setelah Macron menyerukan pemilu cepat, menyatukan Partai Sosialis, Hijau, Komunis, dan sayap kiri keras La France Insoumise (LFI) dalam satu kubu. Proyeksi oleh lembaga survei besar menunjukkan NFP akan menjadi blok terbesar di Majelis Nasional baru dengan 172 hingga 215 kursi, aliansi Macron dengan 150 hingga 180 kursi, dan RN dengan 120 hingga 152 kursi.
Ini berarti tidak ada kelompok yang mendekati 289 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas absolut dan belum jelas bagaimana pemerintahan baru dapat dibentuk.
"Macron, yang belum berbicara di depan umum tentang proyeksi ini, menyerukan "kehati-hatian dan analisis hasil," kata seorang pembantunya yang meminta tidak disebutkan namanya, dilansir AFP.
3. Inggris
Perubahan peta kekuasaan terjadi di Inggris. Ini disebabkan kemenangan Partai Buruh dalam pemilu tersebut.
Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, dilantik menjadi PM Inggris pada Jumat lalu. Ia dilantik setelah partainya mengalahkan Partai Konservatif yang berkuasa pimpinan pendahulunya, Rishi Sunak, dalam pemilu yang dilaksanakan Kamis pekan lalu.
Secara rinci, dari 648 kursi, Partai Buruh memperoleh 412 kursi. Sementara Konservatif 121 kursi, lalu Partai Liberal Demokrat 71 kursi. Partai SNP hanya memperoleh sembilan kursi sedangkan lainnya 35 kursi.
Hasil ini sekaligus mengakhiri 14 tahun kekuasan Partai Konservatif di pemerintahan Inggris.
Next Article Dari Data Terbaru Ini Eropa Tak Baik-Baik Saja di 2024, Berani Baca?(luc/luc) Baca Lagi Aje https://news.google.com/rss/articles/CBMif2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyNDA3MDkxNTM5MTItNC01NTMwNzkvcGVtaWx1LWVyb3BhLWJpa2luLWhlYm9oLWtlanV0YW4tZGktcHJhbmNpcy1yZXppbS10dW1iYW5nLWRpLWluZ2dyaXPSAYMBaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDI0MDcwOTE1MzkxMi00LTU1MzA3OS9wZW1pbHUtZXJvcGEtYmlraW4taGVib2gta2VqdXRhbi1kaS1wcmFuY2lzLXJlemltLXR1bWJhbmctZGktaW5nZ3Jpcy9hbXA?oc=5
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Eropa Bikin Heboh, Kejutan di Prancis-Rezim Tumbang di Inggris - CNBC Indonesia"
Posting Komentar