Search

Pemilu Brasil: Kemenangan 'historis' bagi perempuan adat - BBC News Indonesia

  • Petra Zivic dan Fernando Duarte
  • BBC World Service

Sonia Guajajara (kiri) and Celia Xakriaba (kanan)

Sumber gambar, Getty Images

Brasil harus menunggu sampai 30 Oktober untuk memilih presiden baru, tetapi beberapa pemenang pemilihan umum yang diselenggarakan pada 2 Oktober sudah diketahui.

Menyusul lonjakan jumlah penduduk asli Brasil yang mencalonkan diri untuk menjadi anggota parlemen, tiga perempuan - Sonia Guajajara, Juliana Cardoso dan Celia Xakriaba - semuanya terpilih untuk Kongres.

Mereka akan membentuk kontingen penduduk asli terbesar yang pernah ada dalam sejarah parlemen.

"Ini pencapaian bersejarah. Saya dan perempuan adat lainnya yang terpilih siap untuk membela hak-hak masyarakat adat di tingkat pemerintahan tertinggi," kata Celia Xakriaba kepada BBC.

Empat tahun lalu, Joenia Wapichana menjadi perempuan penduduk asli pertama yang menjadi anggota parlemen. Sebelumnya, satu-satunya perwakilan penduduk asli di parlemen ialah Mario Juruna, yang menjabat antara 1982 dan 1987.

Ada sekitar 900.000 penduduk asli Brasil, menurut sensus 2010. Meskipun jumlahnya kurang dari 0,47% dari populasi, mereka secara tidak proporsional terdampak oleh ketidaksetaraan sosial.

Mereka juga sangat terpengaruh oleh percepatan laju deforestasi di hutan Amazon sejak Presiden Jair Bolsonaro menjabat pada Januari 2019. Invasi tanah adat dan kekerasan terhadap masyarakatnya telah melonjak, terlepas dari kenyataan bahwa hak-hak adat dijamin oleh konstitusi.

Dr Grace Iara Souza, peneliti di King's College London, sepakat bahwa hasil pemilu ini historik, dan menilainya sebagai "respons terhadap banyak serangan terhadap hak-hak hukum mereka (penduduk asli)".

Darurat lingkungan

Penduduk asli

Sumber gambar, Getty Images

Isu-isu lingkungan menjadi inti dari kampanye perempuan adat.

"Kita melihat kedaruratan lingkungan yang nyata di Amazon dan masyarakat adat sudah berkali-kali membuktikan bahwa mereka punya pengetahuan untuk melestarikan bioma. Tidak ada yang lebih siap dari kami untuk memimpin pertarungan ini," kata Xakriaba.

Rekan-rekannya di Kongres juga merasakan urgensi.

"Pemilu ini sangat penting. Hari ini, para perempuanlah yang berjuang dan memimpin perjuangan masyarakat adat di Brasil," kata Guajajara, kepala organisasi payung adat utama Brasil, Artikulasi Masyarakat Adat Brasil (APIB), menjelang pemungutan suara.

Deforestasi Amazon telah meningkat ke level tertinggi dalam 15 tahun di bawah kepemimpinan Bolsonaro, menurut laporan tahunan pemerintah pada November 2021, mengancam habitat banyak suku asli.

Banyak pencinta lingkungan menganggap masyarakat adat penting dalam melestarikan hutan hujan. Tetapi presiden saat ini kerap menyatakan keyakinannya bahwa masyarakat adat harus mengikuti kebiasaan dan kegiatan ekonomi sesama orang Brasil.

Bolsonaro juga membela eksplorasi komersial tanah adat.

Di sisi lain, lawannya menjelang pemilihan presiden, mantan presiden Luis Inacio "Lula" da Silva, menjanjikan pendanaan segar untuk mengerem deforestasi dan melindungi hak-hak masyarakat adat.

Hak konstitusional

Penduduk asli

Sumber gambar, Getty Images

Tetapi bagi anggota parlemen adat terpilih, untuk melindungi lingkungan, pertama-tama mereka harus mempertahankan tanah mereka.

"Pertarungan sebenarnya dimulai sekarang," kata Xakriaba setelah pemilihan.

Salah satu tujuannya ialah memperbanyak pembatasan cagar alam adat, kebijakan yang berhenti di bawah Bolsonaro.

Para pemimpin adat sedang mendesak untuk pemblokiran undang-undang yang didukung oleh presiden, untuk menolak pembentukan reservasi baru di tanah yang tidak diduduki oleh kelompok-kelompok adat pada tahun 1988, ketika konstitusi Brasil saat ini diratifikasi.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa kebijakan semacam itu, yang saat ini sedang diperdebatkan di Mahkamah Agung Brasil adalah inkonstitusional.

"Empat tahun terakhir, kami menyaksikan serangan yang kuat terhadap hak-hak dan wilayah masyarakat adat," jelas Dr Souza.

Ia juga juga mencatat bahwa Bolsonaro telah bersumpah "untuk tidak memberikan satu sentimeter pun" kepada kelompok-kelompok adat.

Kekerasan dan Covid-19

Penduduk asli

Sumber gambar, Getty Images

Kampanye perempuan adat melibatkan beberapa penggunaan media sosial yang sangat sukses. Celia Xakriaba menjadi viral dengan unggahan Instagram yang di dalamnya ia tidak hanya bicara tentang kebijakannya tetapi juga mengerahkan upayanya dalam hal yang ia sebut "visibilitas".

"Selama perjalanan kampanye saya, saya menemukan banyak orang yang belum pernah melihat penduduk asli dengan mata kepala sendiri. Beberapa bertanya kepada saya apakah saya "nyata", ingatnya.

Tetapi dengan bertambahnya kesadaran, timbul beberapa efek samping yang tidak diinginkan.

"Saya mengalami beberapa pelecehan selama kampanye, tetapi ini tidak seberapa dibandingkan dengan kekerasan yang biasanya terjadi terhadap penduduk asli di Brasil."

Pada tahun 2021, 176 penduduk asli terbunuh di Brasil, demikian menurut laporan tahunan LSM Indigenous Missionary Council.

Masyarakat adat juga menghadapi tantangan yang berbeda saat pandemi Covid-19.

"Masyarakat adat harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan hak layanan kesehatan," kata Dr Souza.

Sang akademisi mengatakan akan "menarik" menyaksikan para penduduk asli membentuk koalisi di Kongres dan berurusan dengan para pemain politik non-penduduk asli, terutama kelompok anggota parlemen yang jauh lebih besar dan terkait dengan agribisnis.

Tapi satu hal yang pasti: Kongres akan mendengar lebih banyak isu tentang perempuan dan masalah penduduk asli.

"Kami tidak mencalonkan diri untuk jabatan untuk melakukan apa pun selain memperjuangkan hak-hak adat dan Bumi," pungkas Xakriaba.

"Kami ingin penduduk asli dapat terus melakukan yang terbaik, yaitu melindungi lingkungan. Itu adalah sesuatu yang dapat bermanfaat bagi umat manusia secara keseluruhan."

Adblock test (Why?)

Baca Lagi Aje https://www.bbc.com/indonesia/majalah-63126566

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemilu Brasil: Kemenangan 'historis' bagi perempuan adat - BBC News Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.