Hingga saat ini, Serbia masih menolak status kemerdekaan Kosovo yang dideklarasikan pada 2008.
Sejumlah pemerintahan terdahulu di Kosovo didominasi anggota pasukan gerilyawan yang memberontak terhadap represi Serbia sejak akhir 1990-an. Perang tersebut telah menewaskan sekitar 13 ribu orang, yang sebagian besar adalah warga Kosovo keturunan Albania.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Disitir dari AFP, Minggu 6 Oktober 2019, pemilu dini di Kosovo digelar usai mantan PM Ramush Haradinaj mengundurkan diri Juli lalu. Ia memilih mundur usai dipanggil oleh pengadilan khusus di Den Haag, Belanda, terkait investigasi kejahatan perang.
Kubu oposisi berusaha menyingkirkan Haradinaj dan para mantan gerilyawan lainnya dari pemerintahan Kosovo, dengan memanfaatkan rasa frustrasi warga terhadap maraknya korupsi dan kemiskinan.
Uni Eropa dan Amerika Serikat memantau secara seksama jalannya pemilu di Kosovo, untuk melihat apakah perubahan kekuasaan dapat berujung pada dimulainya kembali dialog damai dengan Serbia.
Kosovo membutuhkan Serbia -- dan juga Rusia serta Tiongkok -- untuk menerima status kenegaraan mereka. Jika hal itu terwujud, maka Kosovo berpeluang mendapatkan kursi di panggung Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Serbia juga berada di bawah tekanan untuk berdamai dengan Kosovo. Jika masalah dengan Kosovo selesai, maka Serbia diyakini dapat lebih mudah bergabung dengan UE.
Dialog damai Kosovo dan Serbia yang dipimpin UE telah terhenti selama hampir dua tahun. Sejumlah provokasi diplomatik antar kedua negara mempersulit terbentuknya itikad baik menuju pembaruan dialog.
Sebelumnya, AS dan empat negara Eropa menekankan bahwa pemilu dini di Kosovo merupakan "kesempatan penting untuk memulai kembali dialog" dengan Serbia.
(WIL)
Baca Lagi Aje https://www.medcom.id/internasional/eropa/GKdRyqpb-pemilu-kosovo-digelar-di-tengah-tekanan-baratBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Kosovo Digelar di Tengah Tekanan Barat - Medcom ID"
Posting Komentar