Indonesia sebagai negara yang menganut sistem demokrasi rutin dalam melakukan pemungutan suara dalam pemilu. Seperti yang dilakukan di Amerika Serikat dan negara -- negara lain yang menganut sistem demokrasi, menjadi hal yang wajib jika masyarakat dilibatkan secara langsung dalam menentukan pilihan para pemimpin. Pemilu di Indonesia sendiri berlangsung selama 5 tahun sekali, dan masa jabatan presiden maksimal selama 2 periode yaitu 10 tahun. Kampanye politik menjadi jalan para calon pemimpin dalam menarik suara rakyat dan tentu nya dilakukan sebelum pemilu berlangsung. Dalam pemilu disahkan bagi para calon -- calon untuk melakukan kampanye, namun harus berada di koridor aturan yang sudah ditentukan oleh panitia penyelenggara pemilu. Di Indonesia panitia penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bawaslu bertugas untuk menjaga kontestasi pemilu yang demokratis dan terhindar dari kecurangan -- kecurangan yang dilakukan calon maupun KPU. Biasanya para calon pemimpin melakukan kecurangan dalam kampanye, dan terdapat beberapa tipe kecurangan yaitu salah satu nya adalah melakukan money politics.
Money politics menjadi salah satu nya strategi dari beberapa strategi yang ada di dalam kampanye politik para calon pemimpin. Calon pemimpin ingin menarik suara sebanyak -- banyak nya dari masyarakat melalui uang. Dunia politik memang "mahal", karena dengan uang bisa "membeli" apa saja yang diinginkan, dan tidak hanya barang melainkan manusa juga bisa "dibeli". Yang dimaksud manusia tersebut adalah manusia yang mempunyai jabatan sehingga bisa dipengaruhi oleh manusia lain yang mempunyai kepentingan didalam nya. Dalam definisi tindakan sosial menurut Max Weber di dalam buku pengantar sosiologi karya Sunarto, tindakan sosial adalah tindakan suatu individu atau kelompok yang mempertimbangkan individu atau kelompok lain[1]. Definisi tersebut tidak merepresentasikan tindakan yang dilakukan oleh oknum -- oknum calon pemimpin yang melakukan kecurangan dalam pemilu. Oknum -- oknum tersebut tidak memerhatikan sistem demokrasi yang dianut oleh negara nya khusus nya dalam hal ini di Indonesia. Praktik money politics sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia karena money politics menjadi jalan terbaik dalam meraih suara masyarakat.
Karakteristik calon -- calon pemimpin di Indonesia sangat berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Pablo Escobar dalam film Narcos. Dalam film tersebut, Pablo Escobar melakukan money politics dalam kampanye nya untuk meraih suara sebanyak -- banyak nya dalam pemilu yang akan ia ikuti. Pablo Escobar tidak hanya melakukan money politics, ia juga "membeli" partai terkuat di negara tersebut dimana partai tersebut adalah partai yang memiliki suara rakyat paling banyak di pemerintahan. Selain melakukan money politics, Pablo Escobar juga membangun beberapa sekolah yang sangat menarik perhatian dari kaum -- kaum kelas bawah karena sifat empati dari Pablo Escobar tersebut. Hal tersebut hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para calon -- calon pemimpin di Indonesia yang ingin memenangkan suara dalam kontestasi pemilu. Di dalam praktik demokrasi hal tersebut menjadi hal yang tidak lumrah karena memperoleh suara dengan cara yang menyeleweng dari sifat demokrasi itu sendiri.
Hal ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah dan khususnya masyarakat dalam memilih calon -- calon pemimpin yang akan memimpin negara. Orang -- orang seperti Pablo Escobar bisa dibilang dengan sebutan "demagog" karena orang tersebut berasal dari luar politik. Dalam buku yang berjudul Bagaimana Demokrasi Mati Levitzky dan Ziblatt, "Demagog" adalah istilah yang disebut bagi orang -- orang provokator diluar dunia politik karena ingin menguasai suatu negara atau wilayah dengan cara -- cara yang tidak wajar[2]. Orang -- orang ini bisa memeroleh suara yang banyak karena pintar dalam mengelabuhi realita dengan propaganda -- propaganda yang ia buat demi terlaksana nya kepentingan yang ia dan kelompok nya bawa. Biasanya orang -- orang ini mempunyai jumlah kekayaan yang lebih dari masyarakat -- masyarakat biasa nya sehingga dengan mudah memengaruhi kaum kelas bawah yang dianggap lemah dan tidak mengerti situasi yang ada. Dengan money politics, oknum -- oknum tersebut dapat menyembunyikan keburukan latar belakang kehidupan yang ia miliki seperti Pablo Escobar lakukan dalam film Narcos. Rakyat harus pintar dalam memilih calon -- calon pemimpin agar demokrasi bisa berjalan dengan yang seharusnya yaitu kepentingan rakyat diatas segala nya.
VIDEO PILIHAN
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Keterkaitan Karakteristik Kampanye Calon Pemimpin Dalam Pemilu dan Serial Film Narcos Dengan Demokrasi di Indonesia - Kompasiana.com - Kompasiana.com"
Posting Komentar